Tuesday, 1 September 2009

What is Islam ? (1)

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Assalaamu’alaikum Wr. Wb.

WHAT IS “ISLAM” ? ( bagian 1 )

ISLAM ALAMIAH

Islam itu apa sih ? Islam adalah nama agama. Islam itu agama saya. Islam itu singkatan Isya’ Shubuh, Luhur, ‘Ashar, dan Maghrib. Islam itu lima rukun Islam – syahadat, shalat, puasa, zakat, haji. Pertanyaannya sederhana tetapi jawabannya bisa bermacam-macam dan sangat mendalam. Jawaban pertanyaan tersebut akan diuraikan “agak” detail dalam beberapa seri pengajian PDF ke depan, untuk mengawali tahun baru Hijriyah 1430 dan Masehi 2009. Kita perlu me-‘refresh’, me-‘revitalisasi’, dan me-‘rekonseptualisasi’ pemahaman kita tentang Islam. Apakah ‘Islam’ di pemahaman kita ‘hanya’ sekedar jawaban singkat di atas ? Namun demikian, hal ini bukan berarti karena tahun baru kemudian memperbaharui ‘Islam’, BUKAN, tetapi kita memperbaharui pemahaman kita, karena Islam memang sudah ada sejak Allah ‘Azza wa Jalla menciptakan alam, jauh-jauh-jauh sebelum manusia pertama Adam diciptakan.

Kata ‘Islam’ memang, atas kehendak Allah, berasal dari bahasa Arab. Kata ini tidak bisa dilepaskan dengan kata ‘ad-diin’ (juga bahasa Arab). Secara etimologis kata ad-diin berarti (an-Nahlawi, 1995:22-23) :

1. Hukum, perintah, otoritas, dan kekuasaan

2. Peribadatan, pengabdian, ketaatan, dan ketundukan kepada kekuasaan dan dominasi tertentu

3. Agama, madzhab, tradisi, jalan, undang-undang, hukum, dan taklid.

4. Pembalasan, imbalan, perhitungan, dan pemenuhan

Dari keempat makna tersebut, pada umumnya Islam hanya diartikan dengan arti nomor tiga, khususnya agama. Hal ini merupakan arti yang sempit, karena agama (bahasa Indonesia) atau religion (bahasa Inggris) dikonotasikan hanya kepada Tuhan, ibadah ritual, tempat ibadah, surga, neraka, kitab suci, dan nabi/rasul. Jadi, agama dipandang dengan hal-hal yang ghaib, tidak/kurang menyentuh hal-hal yang kongkrit dan keduniaan. Agama dipandang tidak berhubungan dengan politik, ekonomi, pendidikan, dan hukum, bahkan agama dianggap sebagai bagian dari kebudayaan. Hal tersebut merupakan pandangan tentang agama yang sangat sempit.

Dalam bukunya yang berjudul “Filsafat, Ilmu dan Agama”, Endang Syaifudin Anshari menjelaskan tentang istilah “agama”, “religion”, dan “ad-diin”. Dari berbagai sumber kamus untuk mengkaji secara etimologis dia menemukan makna kata “ad-diin” tidak kurang dari 12 (dua belas) makna, seperti, “agama, adat kebiasaan, tradisi, watak/sifat, hukum/aturan, nasehat, hutang, janji, peribadatan/ketaatan, ketauhidan, balasan/imbalan, perhitungan.

Kata ‘Islam’ berasal dari kata aslama yang berarti menyerahkan diri (tunduk, patuh), yaitu aslama (fi’il maadhi – verb past – menyerahkan diri/to submit ) – yuslimu (fi’il mudhoori’ – verb present and future - menyerahkan diri/to submit ) – islaaman (mashdar – gerund – penyerahan diri/submission). Kata ‘Islam’ juga berasal dari kata salima yang berarti selamat. kata Islam adalah sikap tunduk, patuh, menyerahkan diri kepada Allah, Sang Pencipta alam, sehingga selamat di dunia dan akhirat. Pengertian ini berlaku untuk semua mahluk, tidak hanya manusia. Hal ini dinyatakan dalam sebuah ayat di al-Quran yang memuat kata aslama (menyerahkan diri). Ayat tersebut adalah, yang artinya, “Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nyalah berserah diri (aslama) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allah-lah mereka dikembalikan”(QS al-Imran 3:83).

Dengan kata lain, apakah kita akan mencari agama selain Islam (agama yang diridloi Allah), padahal seluruh isi alam jagat raya ini telah berislam kepada Allah. Allah menciptakan bumi dengan ad-diin (ciri/sifat, adat kebiasaan, tradisi, jalan, hukum, aturan) yaitu bulat, gravitasi, gerakan rotasi, dan gerakan revolusi. Bumi menyerahkan dirinya (ber-aslama, berislam) untuk tunduk-patuh kepada keinginan Allah itu, jadi bumi berislam kepada Allah dengan bulat – gravitasi – rotasi – revolusi (dengan ad-diinul-Islam-nya itu). Matahari berislam kepada Allah dengan bulat, rotasi, revolusi, energi panas, dan dengan pancaran sinarnya ke bumi. Api berislam kepada Allah dengan panasnya (dengan ad-diin-nya, panas merupakan ad-diinul-Islam untuk api). Es berislam kepada Allah dengan dinginnya (dengan ad-diin-nya, dingin merupakan ad-diinul-Islam untuk es). Lautan berislam kepada Allah dengan deru ombaknya (dengan ad-diin-nya, deru ombak merupakan ad-diinul-Islam untuk lautan). Burung-burung berislam kepada Allah dengan kepakan sayapnya ketika terbang (dengan ad-diin-nya, kepakan sayap merupakan ad-diinul-Islam untuk burung). Garam berislam kepada Allah dengan asinnya (dengan ad-diin-nya, asin merupakan ad-diinul-Islam untuk garam). Air berislam kepada Allah dengan cara memuai jika dipanaskan dan mengalir mengikuti gravitasi bumi (memuai jika dipanaskan dan mengalir mengikuti gravitasi merupakan ad-diinul-Islam untuk air). Dan sebagainya – dan seterusnya

Bagaimana manusia berislam kepada Allah ? Allah menciptakaan manusia dengan ad-diin (ciri/sifat, adat kebiasaan, tradisi, jalan, hukum, aturan) yaitu struktur bagian tubuh, tata letak bagian tubuh, fungsi bagian tubuh, dan seluruh sistem yang ada di tubuh (system syaraf, pernafasan, pencernaan, perederan darah, otot, tulang eskresi/sekresi, hormone, dan sebagainya). Tubuh manusia menyerahkan dirinya (ber-aslama, berislam) untuk tunduk-patuh kepada keinginan dan ketentuan atau aturan Allah Sang Pencipta. So, mata manusia berislam kepada Allah dengan melihat, telinga berislam dengan mendengar, mulut berislam dengan bicara/makan-minum, hidung dengan membau, kaki dengan berjalan, otak dengan berpikir, jantung dengan mengurusi sistem peredaran darah, paru-paru dengan mengurusi sistem pernafasan, tulang dengan menopang tubuh, dan sebagainya.

Jadi, alam semesta ini muslim, yaitu subyek yang menyerahkan dirinya (aslama) untuk tunduk patuh kepada Sang Pencipta alam. Alam (termasuk di dalamnya manusia) mempunyai ad-diin (ciri/sifat, adat kebiasaan, tradisi, jalan, hukum, aturan), kemudian dengan ad-diin itu alam bersikap menyerahkan diri (aslama, berislam) kepada Allah al-Khaliq. So, ….. walahuu aslama man fis-samaawaati wal-ardh thau’an wa karha wa ilaihi yurja’uun (QS. al-Imraan 3:83). Itulah Islam alamiah, apa saja yang di alam semesta ini telah berislam kepada Allah ‘Azza wa Jallaa.

Manusia berislam kepada Allah tidak hanya dan tidak cukup hanya Islam alamiah, tetapi seluruh ummat manusia berislam juga harus dengan Islam syari’ah. Apa itu Islam syari’ah ? Ikuti jawabannya pada Pengajian PDF seri Jum’at mendatang, Insya Allah. ( to be continued )

Wallaahu a’lam bish-shawwab

Penulis :

Muhammad Muhtar Arifin Sholeh

Dosen di UNISSULA Semarang

Ph.D Student di Department of Information Studies,

University of Sheffield UK

Tuesday, 4 November 2008

GUIDE TO LISA (Library Information Science Abstract)

LISA : A Brief Introduction

LISA is Library Information Science Abstract that was firstly published by Silver Platter Information Ltd on April 1988, in the form of a CD-ROM database. It contains approximately 100000 bibliographic records, with abstract, from 1969 to March 1988, of the literature in Librarianship and Information Science. It is produced in London by Library Association Publishing Ltd. It is twice per year updated. Nowadays, LISA is the part of Cambridge Science Association (CSA) internet database service, covering more than 500 periodicals from over 60 countries. It also contains the unpublished institutional and academic research from the recent research in Library and Information Science database. The following guideline is to use LISA via CSA.

Guideline of using LISA

1. Find the web of the University of Sheffield : www.sheffield.ac.uk

2. In the above part, click “log into MUSE” , then

3. On this screen, fill your username and password, and click “login”

4. Just under the heading MUSE (on the top), click “library”

5. In the box, find and click “Access library’s Subject Database”

6. In this university library web, click “Alphabetical table” (in the database box),

then

7. Select the capital “L” (for LISA) , then

8. Find “LISA via CSA”, then click it, you will watch on the screen about

the information like this :

LISA via CSA
LISA provides bibliographic information about past and present developments in librarianship, information science, online retrieval, publishing and information technology. This database covers over five hundred periodicals from over sixty countries. It also includes unpublished academic and institutional research from the Current Research in Library and Information Science database.LISA is part of CSA Internet database service: Core Cambridge sciences collection.
Full text linksAs part of the Library´s ongoing commitment to adding value to electronic resources, links to the Library´s ejournal subscriptions have been implemented in this database via the Ovid LinkSolver™ link resolver software. Click on Full text at Univ of Sheffield Library? (below the abstract) and a new window will open. This window will display links to full text (where the Library has one or more subscriptions to the item) and two Library holdings links. Selecting the Library Catalog Holdings link will search Star for the journal's international standard serial number (ISSN), while selecting the COPAC Library holdings link will search the COPAC database for the journal's ISSN.
In the Other links section, Find Journal Website and Search Library catalogue provide the opportunity to search journal publishers' web sites, and to check Star for further details of the Library's print and electronic subscriptions.
Access This service is available via the campus network. It can also be accessed directly from this page by connecting to the LISA via CSA web site.

9. In the “Quick Links” box, then click “connect to LISA via CSA”, you will wacth
on the screen like this :


The University of Sheffield Library
The Death Detectives - the Ultimate Forensic Investigators

Please log in to My Research
Logout

0 Marked Records Search History

Help & Support


Search Tips: All Fields are being searched.For best results, use AND between terms, wildcar*, or "exact phrase"
Now Selected:

LISA: Library and Information Science Abstracts
Change:
--- Subject Area ---Arts & HumanitiesNatural SciencesSocial SciencesTechnology or
Date Range:
2007 to Current2003 to Current1998 to CurrentEarliest to Current

Hide
Create Desktop Shortcut to Quick Search

© 2008 ProQuest All rights reserved. Privacy Policy Terms and Conditions of Use Contact Us
Interface EnglishFrançaisEspañol日本語简体中文繁體中文한국어


10. Type in the “search” box what you want to look up, for example “information
need”. If so, you will watch on the screen like this :


The University of Sheffield Library
The Death Detectives - the Ultimate Forensic Investigators

Please log in to My Research
Logout

0 Marked Records Search History

Results
Edit Search
Help & Support

294 results found for: information need in LISA: Library and Information Science Abstracts Alert Me

Published Works 294

Scholars 14277

All Publication Types 294

Journals 294

Peer-Reviewed Journals 134

Mark or Clear all on page Save, Print, Email
Sort by:
Most Recent FirstRelevance RankOldest First

Previous 1 2 3 4 5 Next
Record #

1.
Cognitive growth, instruction, and student successBudd, John M.College & Research Libraries, vol. 69, no. 4, pp. 319-330, July 2008As Diane Zabel points out, the literature on information literacy is voluminous. Amidst the challenges of volume and multiple points of view, there are some astute observations, innovative approaches, and critical assessment. Of necessity, ... View Record Full text at Univ of Sheffield Library?

Database:
LISA: Library and Information Science Abstracts
Descriptors:Information literacy Academic achievement Standards University libraries Association of College and Research Libraries, USA
2.
Information needs and information competencies: A case study of the off-site supervision of financial institutions in BrazilMiranda*, Silvania V.; Tarapanoff, Kira M.A.Information Research, vol. 13, no. 2, June 2008Introduction. The paper deals with the identification of the information needs and information competencies of a professional group. Theoretical basis. A theoretical relationship between information needs and information ... Resource Location: http://informationr.net/ir/index.htmlView Record Full text at Univ of Sheffield Library?

Database:
LISA: Library and Information Science Abstracts
Descriptors:Information seeking behaviour User needs Competencies Financial services Brazil


11. If you want to know the next found record, click “Next” (just below or above
of the found records).

12. If you want to save, print, or send email the found record, just click one of

them

13. If you want to retrieve another term, just type what you want. Then, click

“search”, then you can follow the number 10, 11, 12, and so on.

THE END

Wednesday, 29 October 2008

Developing Reading Culture

STRATEGI PEMBINAAN BUDAYA BACA-TULIS
( Strategy of Developing Writing-Reading Culture )


Oleh Drs. Muhammad Muhtar Arifin Sholeh, M.Lib. [1]



Tingkat "melek huruf" di Indonesia yang memang membanggakan menunjukkan betapa besar usaha pemerintah maupun masyarakat untuk mewujudkan masyarakat Indonesia menjadi educated society (masyarakat terdidik), yaitu masyarakat yang telah dewasa dalam berpikir, bertingkah, dan berperasaan. Walaupun demikian, kebanggaan itu belum didukung dengan baik, yaitu dengan juga mempertinggi budaya baca (reading culture), padahal reading culture merupakan salah satu indikator kemajuan suatu bangsa.
Walaupun pemerintah Indonesia telah mencanangkan bulan September sebagai Bulan Gemar Membaca, bulan Mei sebagai Bulan Buku Nasional, dan tanggal 14 September sebagai Hari Kunjung Perpustakaan, masyarakat Indonesia pada umumnya masih belum menunjukkan budaya baca yang tinggi. Indikatornya dapat dili­hat, misalnya, di kendaraan umum atau ruang tunggu kebanyakan mereka hanya ngobrol, ngalamun, atau bahkan tidur. Sedangkan masyarakat Barat, misalnya di Inggris yang pernah saya saksikan, pada umumnya membaca saat di kendaraan umum atau saat menunggu, walaupun hanya membaca sebuah buku cerita fiksi.
Pembinaan minat baca-tulis harus dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat, tidak hanya oleh kalangan pendidik dan siswa saja. Orang tua memegang peranan yang sangat penting karena dialah yang memberikan fasilitas buku kepada anak-anak dan yang bergaul sehari-hari dengan mereka di rumah. Selain itu, peranan perpustakaan dalam hal ini tidak dapat diabaikan. Tokoh-tokoh masyarakat dan tokoh-tokoh agama dapat juga memainkan peranan dalam pengembangan reading and writing interest, dengan cara menjelaskan dorongan ajaran agama dalam menuntut ilmu dan membaca.

Mengapa Minat Baca Rendah ?

Mengapa minat baca di masyarakat Indonesia begitu rendah ? Alasan pertama adalah faktor budaya. Oral culture (budaya lisan) masih kuat berakar di bumi Indonesia. Budaya ngomong, atau juga asal ngomong, masih sering terlihat di masyarakat. Orang lebih sering ngobrol dari pada membaca. Tidak sedikit orang lebih terbiasa melempar gosip/isu atau juga ngrasani dari pada membaca. Banyak orang lebih suka mendengarkan orang "berpidato" (berceramah, bercerita, dalang wayang kulit, dsb.) dari pada membaca. Anehnya, orang yang suka dan serius membaca, misalnya di kendaraan umum, kadang dianggap sok pinter, sok ilmiah, dan sombong.
Persaingan antara buku dengan televisi adalah alasan kedua mengapa minat baca kita rendah. Dengan banyaknya saluran TV, orang akan senang berpindah-pindah saluran untuk memilih acara terbaik yang dapat dinikmati oleh seluruh anggota keluarga. TV, video, dan film sangat menjanjikan hiburan-hiburan yang menyenangkan. TV jauh lebih disenangi masyarakat luas dari pada buku. Orang lebih senang menonton TV dari pada membaca buku.
Alasan ketiga adalah jumlah buku yang diterbitkan tiap tahun yang relatif sedikit. Alfons Taryadi, dalam suatu makalahnya yang berjudul Indonesia Book Industry (1995), menyebutkan bahwa jumlah buku yang diterbitkan tiap tahun di Indonesia sekitar 5000 buku. Padahal di Jepang dapat mencapai 100.000 buku per-tahun atau 20 kali lipat dari pada Indonesia. Kebanyakan buku-buku yang diterbitkan di Indonesia adalah buku-buku paket (buku pegangan pelajaran). Industri penerbitan buku di Indonesia belum dapat secara maksimal memenuhi kebutuhan materi akademis di Perguruan Tinggi. Penerbitan buku yang minim di Indonesia juga didukung dengan sedikitnya para pakar yang bersedia menulis.
Sistem pendidikan di Indonesia juga kurang mendukung reading and writing interest yang tinggi. Metode pengajaran di kelas kurang memotivasi pelajar atau mahasiswa untuk aktif mencari buku di perpustakaan dan giat membacanya. Pelajar atau mahasiswa hanya "diceramahi", digiring untuk hanya menyimak buku paket (diktat), tetapi tidak "dipaksa" untuk melacak buku di perpustakaan dan tidak pula diberi tugas untuk membaca serta merangkum sebuah buku. Guru kadang menjadi seorang "diktator", hanya mengacu pada buku diktat.
Alasan lain mengapa tidak biasa membaca adalah karena motivasi berprestasi dan rasa ingin tahu (curiousity) yang rendah. Motivasi merupakan hal yang terpenting dalam budaya baca. Jika motivasi berprestasi tinggi maka usaha untuk maju akan maksimal, termasuk dalam usaha membaca. Rasa ingin tahu yang tinggi akan mendukung minat baca.
Untuk mengatasi masalah tersebut di atas, guru harus bertanggung jawab. Beberapa hal yang dapat dilakukan guru adalah : menyediakan daftar buku bacaan yang berkaitan dengan mata pelajaran (Sebelum mengajar seorang guru harus menyiapkan buku-buku rujukan mata pelajaran yang disampaikan), memberi anak didik tugas-tugas membaca dan meringkas isi buku yang dibaca (Anak didik diminta mengumpulkan tugas tersebut), memberitahu perpustakaan tentang buku-buku pelajaran wajib (guru perlu menjalin kerja sama yang baik dengan perpustakaan), memberi penghargaan pada anak didik yang rajin membaca (penghargaan bisa berupa sanjungan, nilai yang baik, atau hadiah buku bacaan), dan menjadi teladan bagi anak didik dalam hal membaca. Dalam hal ini guru juga harus rajin membaca. Mereka harus rajin ke perpustakaan atau membeli buku (jika uang cukup). Lebih ideal jika guru mempunyai perpustakan pribadi.
Orang tua di rumah juga mempunyai tanggung jawab untuk mewujudkan minat baca-tulis bagi anak-anaknya. Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh orang tua adalah menyediakan buku, majalah, atau koran di rumah sebagai sumber bacaan, menjadi contoh bagi anak-anaknya dalam hal membaca, mengatur jadwal televisi sehingga anak mempunyai waktu untuk membaca di rumah, mendorong anak-anak untuk mencintai buku dan perpustakaan yaitu dengan cara sering mengajak ke toko buku (dari pada toko mainan) atau ke perpustakaan (dari pada pusat permainan video game ).
Perpustakaan sebagai information centre merupakan "panglima" dalam memberantas kemalasan membaca. Dengan kata lain, perpustakaan menjadi tonggak pokok dalam mempromosikan budaya baca. Beberapa upaya dalam pengembangan budaya baca yang harus dilakukan oleh perpustakaan, antara lain, mempromosikan perpustakaan dan minat baca, mengadakan lomba membaca dan pameran buku, kampanye pengumpulan buku, mengorganisasi kelompok pecinta buku, meneliti minat baca masyarakat, meminta pemerintah, penerbit, dan organisasi sosial / keagamaan untuk menyumbang buku ke perpustakaan, dan sebagainya.

Budaya Baca dalam Perspektif Islam

Al-Quran yang berasal dari kata kerja qara’a - yaqrau (membaca) berarti “bacaan”. Wahyu al-Quran yang pertama kali turun adalah surat al-’Alaq (segumpal darah) ayat 1 - 5:


  1. Iqra’ bismi rabbikal-ladzii khalaq - bacalah ! dengan (menyebut, atas) nama Tuhanmu yang menciptakan

  2. Khalaqal-insaana min ‘Alaq - menciptakan manusia dari segumpal darah

  3. Iqra’ wa rabbukal-akram - bacalah !, dan Tuhanmulah yang paling pemurah

  4. Alladzii ‘allama bil-qalam - yang mengajari (manusia) dengan perantaraan qalam / pena

  5. ‘Allamal insaana maa lam ya’lam - yang mengajari manusia apa-apa yang tidak diketahuinya

Kata iqra’, yang terdapat dalam ayat 1, adalah kata kerja perintah yang berarti “bacalah”. Sesungguhnya kata iqra’ berasal dari kata qara’a yang pada mulanya berarti “menghimpun”. Dalam kamus bahasa Arab ternyata kata iqra’ tersebut mempunyai banyak arti yaitu menyampaikan, menelaah, membaca, mendalami, meneliti, mengetahui ciri-ciri sesuatu, dan sebagainya, yang kesemuanya bermuara pada arti “menghimpun”, yaitu menghimpun rangkaian kata-kata, huruf-huruf, atau ide-ide. Hal ini menunjukkan bahwa kata iqra’ mempunyai arti yang luas, tidak sekedar membaca secara tekstual tetapi juga membaca secara kontekstual (membaca situasi) yang berarti kata iqra’ bukan mengharuskan ada suatu teks tertulis sebagai obyek baca, bukan pula harus diucapkan sehingga terdengar oleh orang lain.
“Bacalah ! atas nama Tuhanmu yang menciptakan manusia dari segumpal darah” (ayat 1 dan 2). Dua ayat ini menjelaskan bahwa membaca, secara tekstual maupun kontekstual, harus dilakukan karena Tuhan, atas nama Tuhan. Dengan demikian, aktivitas membaca dapat bernilai ibadah, yaitu pengabdian kepada Tuhan. Abdul Halim Mahmud (mantan Syaikh Universitas al-Azhar Mesir) menafsirkan ayat tersebut, sebagaimana dikutip oleh M. Quraish Shihab, dengan menyatakan :
Dengan kalimat iqra’ bismi rabbik, al-Quran tidak sekedar memerintahkan untuk membaca, tetapi “membaca” adalah dari segala yang dilakukan manusia, baik yang sifatnya aktif maupun pasif. Kalimat tersebut dalam pengertian dan jiwanya ingin menyatakan “Bacalah demi Tuhanmu, bergeraklah demi Tuhanmu, bekerjalah demi Tuhanmu”. Demikian juga apabila Anda berhenti bergerak atau berhenti melakukan sesuatu aktivitas, maka hendaklah hal tersebut juga didasarkan pada bismi rabbik. Sehingga pada akhirnya ayat tersebut berarti “Jadikanlah seluruh kehidupanmu, wujudmu, dalam cara dan tujuannya, kesemuanya demi Allah” (Shihab, 1997:82).

“Bacalah ! dan Tuhanmulah yang paling pemurah, yang mengajari (manusia) dengan perantaraan qalam / pena, yang mengajari manusia apa-apa yang tidak diketahuinya” (ayat 3, 4, dan 5). Ayat-ayat tersebut, selain memerintah untuk membaca, juga menjelaskan bahwa Tuhanlah yang Maha Pemurah, yang memberi pengetahuan dengan perantara pena kepada seluruh manusia tentang apa saja yang tidak diketahuinya. Hal ini berarti juga mengandung perintah untuk membudayakan kegiatan baca-tulis dalam kehidupan manusia, sedangkan kegiatan tersebut merupakan kegiatan utama dalam pencarian ilmu pengetahuan. Dalam hal ini Muhammad Quraish Shihab (mantan Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta) mengatakan :
Sehingga ayat tersebut berarti “Dia (Allah) mengajarkan dengan pena (tulisan) hal-hal yang telah diketahui manusia sebelumnya dan Dia mengajarkan kepada manusia (tanpa pena) apa yang belum diketahui sebelumnya”. Kalimat “yang telah diketahui sebelumnya” disisipkan karena isyarat pada susunan kedua, yaitu “yang belum (tidak) diketahui sebelumnya”. Sedang kalimat “tanpa pena” ditambahkan karena adanya kata “dengan pena” dalam susunan pertama. Yang dimaksud dengan ungkapan “telah diketahui sebelumnya” adalah khazanah pengetahuan dalam bentuk tulisan (Shihab, 1997:100).



Dalam al-Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abdul Barri, Nabi Muhammad saw. bersabda, “Thalabul-ilmi fariidhotun ‘alaa muslimin wa muslimaatin” (mencari ilmu itu wajib bagi orang Islam laki-laki dan perempuan). Dalam al-Hadits lain yang diriwayatkan oleh Baihaqi, beliau juga bersabda, “kun ‘aaliman aw muta’alliman aw mustami’an aw muhibban wa laa takun khaamisan fatahlik” (Jadilah kamu orang yang mengajar atau belajar atau pendengar (mendengarkan ilmu) atau pecinta (mencintai ilmu), dan janganlah engkau menjadi orang yang kelima (artinya tidak mengajar, tidak belajar, tidak mendengar, dan tidak mencintai ilmu), maka kamu akan hancur. Nabi terakhir tersebut bersabda pula dalam al-Hadits lain yang diriwayatkan oleh Thabrani, “Man araadad-dunya fa’alaihi bil’ilmi wa man araadal-aakhirata fa’alaihi bil’ilmi wa man araadahuma fa’alaihi bil’ilmi” (barang siapa menghendaki kebahagiaan dunia maka wajib atasnya mengetahui ilmunya, dan barang siapa yang menghendaki kebahagiaan akhirat maka wajib baginya untuk mengetahui ilmunya, dan barang siapa menghendaki kebahagiaan keduanya maka wajib baginya untuk mengetahui ilmunya). Sedangkan al-Quran menyatakan, yang artinya:
Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu, “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (surat al-Mujadilah (58) ayat 11).
Perintah sejak14 abad yang lalu untuk mencari ilmu tersebut juga merupakan perintah untuk membaca dan menulis. Setiap orang yang mencari ilmu tidak akan terlepas dari kegiatan baca-tulis. Ilmu diperoleh salah satunya dengan cara membaca dan menulis, cara lain misalnya diskusi, tanya-jawab, praktik, dan pengalaman. Ilmu dapat memberi manfaat tidak hanya di dunia sekarang tetapi juga di akhirat kelak. Salah satu manfaat ilmu di dunia adalah untuk mencari nafkah, sedangkan manfaat di akhirat adalah sebagai jalan menuju surga. Nabi Muhammad saw, dalam al-Hadits riwayat Dailami, menyatakan, “Likulli syaiin thariiqun wa thariiqul-jannati al-ilmu” (segala sesuatu ada jalannya, dan jalan ke surga ialah ilmu).
Buku merupakan bahan bacaan yang utama. Selain itu, buku merupakan alat para sarjana untuk mentransmisi ilmu pengetahuan. ‘Abd. Al-Basith bin Musa Al-Almawi (wafat tahun 1573), seorang ilmuwan Muslim, telah menulis buku berjudul Mu’id fii Adab Al-Mufid wa Al-Mustafid yang membahas tentang buku.Khususnya dalam hal teknik transmisi tertulis ilmu pengetahuan, dia menyatakan (Rosenthal, 1996:24-49) :




  1. Buku dibutuhkan dalam semua usaha kesarjanaan yang bermanfaat


  2. Al-Hadits yang menyatakan, “Rahmat pertama yang diperoleh oleh orang yang sibuk menyampaikan hadits adalah kenyataan bahwa dia mempunyai kesempatan untuk meminjamkan buku kepada orang lain”. Hadits lain mengungkapkan, “Barang siapa yang kikir dengan ilmu, hendaklah dia mengharapkan tiga bencana, yaitu dia mungkin lupa akan ilmunya, atau dia mati tanpa sempat memanfaatkan ilmunya, atau dia mungkin akan kehilangan buku-bukunya”.


  3. Koreksi-koreksi dalam sebuah buku milik orang lain hanya boleh dilakukan atas izin pemiliknya.


  4. Seorang penyalin buku yang menyalin penggalan-penggalan dari buku tentang masalah agama (syar’i) harus suci dari hadas dan menghadap kiblat. Badan, pakaian, tinta, serta kertas yang digunakannya harus bersih. Pernyataan ini mesti dipahami secara harfiah dan bukan berarti si-penyalin harus seorang Muslim.


  5. Seorang pelajar harus mencurahkan perhatian lebih banyak kepada ketepatan dan kebenaran apa yang ditulisnya dari pada mutu tulisan tangannya.


  6. Para otorita keagamaan tidak menyetujui memisahkan susunan genetif yang mengandung nama Allah, semisal ‘Abd Allah, ‘Abd Ar-Rahman, atau Rasul Allah. Jelek sekali kelihatannya jika menemukan kata ‘Abd atau Rasul tertulis di ujung baris dan kata Allah atau Ar-Rahman (atau Rasul) di awal baris; konsekuensinya pemisahan ini tidak boleh dilakukan.


  7. Salinan sebuah manuskrip harus dibandingkan dengan naskah lain (ashl - asli) yang diketahui sebagai benar dan handal.


  8. Setelah dikoreksi dan dijelaskan, penggalan yang meragukan dan tak pasti pembacaannya harus diindikasikan dengan shahhah kecil yang dituliskan di atasnya.


  9. Kata-kata ang berlebihan atau yang ditulis dengan tidak benar harus dikoreksi.


  10. Sebuah bulatan atau titik tebal yang dibuat dengan pena hendaknya digunakan untuk memisahkan berbagai cerita atau hadist yang tercantum dalam manuskrip.

[1] Drs. M. Muhtar Arifin Sholeh, M.Lib. adalah Kepala UPT Perpustakaan Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA), Dosen di Fakultas Agama Islam UNISSULA Semarang, dan alumni the Department of Information and Library Studies, University of Wales United Kingdom (1994).

Monday, 13 October 2008

SEMUA MILIK ALLAH ( All Belongs to God )

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalaamu’alaikum Wr. Wb.

SEMUA MILIK ALLAH

Orang yang sabar adalah orang yang jika terkena musibah maka dia memahami dan menghayati kalimah “innaa lillaahi wa inna ilaihi raaji’uun” (sesungguhnya semua milik Allah dan sesungguhnya semua akan kembali kepada Allah) (QS. al-Baqarah 2:155-157).
Semuanya memang milik Allah. Allah adalah Maha Kaya (tidak membutuhkan sesuatu yang lain), sedangkan manusia adalah miskin (selalu membutuhkan sesuatu yang lain). Saat manusia lahir sebagai bayi, dia dalam keadaan telanjang bulat, tidak membawa apa-apa, dan belum tahu apa-apa. Saat manusia mati sebagai mayat, dia dalam keadaan kaku, tidak membawa apa-apa (kecuali amal dan kain putih), dan sudah tidah tahu apa-apa.
Segalanya memang milik Allah. Manusia hanya sekedar “dipinjami” atau “dititipi” oleh Allah. Apa saja yang diperoleh, dirasakan dan dipakai oleh manusia hanya sekedar “barang pinjaman” atau “barang titipan” milik Allah. Suatu saat barang itu akan diminta oleh yang pemiliknya.
Hai orang-orang kaya ! Hai para konglomerat ! Harta melimpah yang Engkau nikmati selama ini hanyalah “barang pinjaman” (“titipan”) milik Allah. Allah hanya sekedar meminjami sebagian kecil kekayaan-Nya kepadamu. Zakat dan shadaqah jarizah adalah kewajibanmu untuk mengentaskan kemiskinan.
Hai orang-orang yang berkuasa ! Hai para pejabat ! Kekuasaan dan jabatan yang selama ini Engkau genggam hanyalah sekedar “barang pinjaman” (“titipan”) milik Allah yang Maha Kuasa (al-Malik). Amanah dari Allah tersebut digunakan untuk mengatur, melindungi, dan mensejahterakan rakyat atau bawahan, bukan untuk memperkaya diri dan keluarga.
Hai orang-orang pandai ! Hai para ilmuwan ! Ilmu yang selama ini Engkau cari Engkau dalami, dan Engkau menfaatkan hanyalah sekedar “barang pinjaman” (“titipan”) milik Allah yang Maha ber-Ilmu (al-‘Alim). Kewajibanmu adalah mengamalkan ilmumu untuk kesejahteraan ummat manusia (rahmatan lil’aalamiin), bukan untuk melacurkannya.
Hai seluruh ummat manusia ! Nyawamu, anggota tubuhmu, dan semua kemampuanmu hanyalah sekedar “barang pinjaman” (“titipan”) milik Allah swt. yang semuanya pasti akan dikembalikan kepada-Nya. Kewajibanmu adalah mengabdikan diri (beribadah) kepada Allah semata (sebagai ‘abdullah) dan mengelola kehidupan dunia menurut petunjuk-Nya (sebagai khalifah), bukan untuk hidup menurut nafsumu.
Kesabaran dan usaha yang keras menjadi kunci untuk mengatasi krisis yang masih melanda dunia. Kesadaran yang mendalam bahwa “semua milik Allah dan semua akan kembali kepada Allah” akan membawa pada kehidupan yang tenang, damai, dan optimis. Kesadaran ini juga harus diikuti dengan usaha sungguh-sungguh untuk mengatasi problem yang dihadapi. Allah bersama orang-orang yang sabar (QS. al-Baqarah 2:153).

Wa’alaikumus-salaam Wr. Wb.
M. Muhtar Arifin Sholeh